Investasi Kebaikan

Posted by Unknown Senin, 29 April 2013 0 komentar
Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW pernah berkisah. Ada tiga orang bersahabat pergi ke suatu tempat, tiba-tiba hujan turun deras, lalu mereka berlindung dalam sebuah gua di lereng gunung.

Tak lama kemudian, sebongkah batu padas longsor dan menutupi pintu gua. Mereka berusaha mendorongnya tapi sia-sia. Salah satu di antara mereka berkata, “Mari masing-masing kita berdoa dengan menyebut perbuatan paling mulia yang pernah  kita lakukan.”

Orang pertama berkata: “Ya Allah, aku mempunyai ayah dan ibu yang sudah renta. Setiap hari aku pergi menggembala, dan ketika pulang kubawakan susu perahan untuk diminumnya.

Setelah keduanya meminum susu itu, aku baru berikan sisanya untuk istri dan anak-anakku. Pada suatu hari aku terlambat pulang, dan kudapati kedua orang tuaku telah tidur.

Aku enggan membangunkan, dan aku sabar menunggu sampai waktu subuh tiba, sementara anak-anaku merengek minta susu. Anak dan istriku baru kuberi susu setelah orang tuaku meminumnya.

Ya Allah, jika menurut-Mu aku melakukan hal itu semata-mata karena mengharap ridla-Mu, berikanlah kepada kami jalan keluar dari kesulitan ini.” Tak lama setelah doa ini dipanjatkan, batu yang menutupi mulut gua tadi sedikit bergeser.

Orang kedua berkata: “Ya Allah, Engkau pasti mengetahui aku pernah jatuh cinta kepada seorang gadis anak pamanku. Aku menginginkan kehangatan tubuhnya tapi dia menolak.

Suatu hari pada beberapa tahun kemudian dia datang kepadaku dan berkata, kau tidak akan mendapatkan dirinya apa yang aku minta sebelum aku memberinya seratus dinar. Dengan kerja keras aku berhasil mengumpulkan uang yang dimintanya.

Setelah itu aku datang menagih janji, tapi dia berkata, ‘Takutlah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa cincin tidak bisa dilepas kecuali oleh yang berhak (maksudnya, keperawanan tidak bisa dibuka kecuali dengan pernikahan)’.

Akupun berdiri meninggalkannya dengan perasaan malu. Ya Allah, kalau aku melakukan hal itu dengan ikhlas karena mengharap ridha-Mu, maka tolonglah kami dari kesulitan ini.” Maka batu itupun terbuka dua pertiga, namun mereka belum bisa keluar.

Orang ketiga berkata: “Ya Allah, Engkau mengetahui dahulu aku mempekerjakan seseorang dengan upah tiga kilo jagung, tapi ia tidak mengambil upahnya. Jagung itu lalu kutanam dan hasilnya aku belikan seekor sapi.

Suatu hari ia datang dan menanyakan haknya. Aku katakan kepadanya agar mengambil sapinya. Dia tidak percaya dan meminta agar tidak memperolokkannya. Aku katakan bahwa aku tidak memperolokkannya. Aku tegaskan, sapi itu adalah haknya.


Lalu aku ceritakan kepadanya apa yang terjadi. Ya Allah, jika menurut-Mu apa yang kulakukan ini semata-mata mengharap ridha-Mu, maka tolonglah kami dari kesulitan ini.” Maka –kata Nabi SAW—batu itu bergeser, dan pintu gua itu terbuka.

Kisah Nabi SAW tersebut menginspirasi kita, investasi amal kebaikan yang dilakukan secara ikhlas tidak hanya merupakan kunci diterimanya doa, melainkan juga menjadi modal spiritual untuk solusi terhadap suatu masalah.

Doa yang dilandasi iman, ikhlas dan investasi  kebaikan dapat menjadi solusi terhadap berbagai kesulitan hidup. Karena itu, berdoa bukan sekedar meminta dan mengharap kemurahan Allah tanpa dibarengi investasi kebaikan yang didekasikan untuk kemanusiaan dan semata-mata mengharap ridha-Nya.

Berinvestasi kebaikan dan kemuliaan di mata Allah tidak ada yang sia-sia.  Investasi kebaikan itu seharusnya membuat kita semakin yakin bahwa doa akan selalu menjadi solusi dari berbagai persoalan kita.

“Sungguh Allah itu Mahahidup dan Mahapemberi. Dia malu –apabila ada seorang yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya—untuk membiarkannya kembali dalam keadaan hampa, sia-sia.” (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi).

Namun demikian, idealnya kita tidak hanya berdoa ketika mengalami kesulitan, sementara tidak berdoa saat mendapat kenikmatan.

Sabda Nabi SAW, “Siapa menginginkan doanya di waktu kesusuhan dikabulkan oleh Allah, hendaklah ia memperbanyak doa di waktu lapang dan bahagia.” (HR. At-Turmudzi dan Al-Hakim). Investasi kebajikan adalah investasi dunia akhirat yang tidak pernah mengecewakan. 
Kebajikan apa saja yang kamu usahakan (investasikan) bagi dirimu, tetapi kamu akan mendapati pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Baqarah/2: 110). Karena itu, ber-fastabiqul khairat perlu terus dipupuk dan dikembangkan dalam segala situasi dan kondisi.

Selain sebagai solusi, doa yang dikawal dengan investasi kebajikan juga merupakan sumber kenikmatan spiritual bagi orang-orang percaya kepada kemahabesaran dan kemurahan Allah.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui doa tentu bukan menjadi pilihan terakhir setelah usaha dan kerja keras dilakukan, tetapi merupakan amalan sepanjang hayat yang harus menyertai dinamika kehidupan kita, baik saat dukacita maupun bahagia.

Jika Allah sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri, mengapa kita tidak mendekati-Nya untuk memohon kemurahan dan kasih sayang-Nya?

Sekiranya kita sering dikecewakan orang lain, yakinlah bahwa melalui investasi kebaikan, Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Wallahu a’lam.(
Oleh: Muhbib Abdul Wahab)


 

Baca Selengkapnya ....

Keagungan Bismillah

Posted by Unknown Kamis, 18 April 2013 0 komentar
Setiap Muslim pasti pernah membaca bismillah atau bismillahirrahmanirrahim. Selain menjadi bacaan rutin atau harian, bismillah juga merupakan bacaan mulia yang didesain Allah SWT sebagai bacaan pembuka semua surat dalam Alquran kecuali surat at-Taubah atau al-Bar’ah.

Membaca bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita hendak memulai aktivitas yang baik. Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas yang baik) yang tidak dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)". (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan kata lain, kunci kebaikan dan pangkal keberkahan dalam meraih cita-cita mulia adalah membaca bismillah.

Bismillah bukan sekadar bacaan pembuka, tetapi merupakan zikir hati yang dapat memancarkan cahaya keagungan Sang Pencipta.

Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-Nur, bismillah itu bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya sebagai bacaan pembuka bagi Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah memiliki tiga keagungan yang indah dan perlu dimaknai oleh setiap Muslim.

Pertama, keagungan uluhiyyah (ketuhanan). Semua makhluk bersandar, bergantung, dan memerlukan pertolongan-Nya. Menyebut "Dengan nama Allah yang Mahapengasih Mahapenyayang" berarti meyakini sepenuh hati, Allah SWT adalah sumber kehidupan, poros kebajikan, tujuan pengabdian, dan muara segala nilai keberkahan.

Bismillah memberikan motivasi dan spirit ketuhanan untuk 'menghadirkan' dan 'mengikutsertakan' Tuhan dalam kehidupan kita. Bismillah adalah gerbang menuju keikhlasan dan harapan mulia, yaitu meraih mardhatillah (ridha Allah).

Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak melupakan Allah. Sebab lupa kepada Allah merupakan penyakit hati yang dapat menyebabkan kefasikan dan hilangnya keberkahan hidup ini.
Ÿ"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr [59]: 19).

Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan doa bagi Muslim untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah  menjadi pintu tercurahnya rahmat Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.

"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (QS Al-A'raf [7]: 156).

Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan kepada semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim, terutama di akhirat kelak.

Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya, sehingga hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan dan pertolongan pada hari perhitungan (yaumul hisab) nanti.

Dengan bismillah, Muslim diingatkan agar selalu beristighfar kepada-Nya karena Allah Mahapengampun dan Mahapenyayang.

Keagungan bismillah tidak hanya karena ia merupakan salah satu ayat dari surat Alfatihah, tapi juga induk Alquran itu sendiri.

Dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia adalah ummul Quran (induk Alquran) dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang atau Alfatihah), sedangkan bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.” (HR Addaruqutni). 
Bismillah termasuk etika (adab) spiritual untuk 'menyapa' dan mengakrabkan diri dengan Allah SWT.

Keagungan bismillah  juga tercermin dari esensi al-Asma’ al-Husna (ar-Rahman ar-Rahim) yang terkandung di dalamnya. Bahkan dua nama dan sifat utama Allah ini sesungguhnya merupakan intisari dari al-Qur’an.

Dalam buku Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wal Af’al  karya ‘Ala’uddin al-Muttaqi dinyatakan  “Semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah itu (esensinya) ada dalam Alquran.

Semua yang ada dalam Alquran itu ada dalam surat al-Fatihah. Sedangkan semua yang ada dalam al-Fatihah itu ada dalam bismillah.”

Oleh karena itu, kita harus selalu membaca bismillah dalam memulai segala sesuatu yang positif agar aktivitas  kita bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.

Kita pun harus yakin aktivitas yang didahului dengan bismillah  dapat mendatangkan kebaikan dan kemuliaan; sebaliknya bismillah dapat menjauhkan kita dari kesia-siaan dan boleh jadi kemaksiatan. (Oleh. Muhbib Abdul Wahab)



Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of ALI SHOLIHIN'S BLOG.