Selamat Hari Lahir Untuk Diriku

Posted by Unknown Sabtu, 07 Desember 2013 0 komentar

DOA HARI LAHIR

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.

Terima kasih Ya Allah untuk usia yang telah Engkau berikan. Terima kasih juga untuk setiap rezeki yang Engkau kurniakan. Terima kasih untuk setiap cobaan yang Engkau turunkan. Terima kasih untuk bakat dan ilham yang Engkau anugerahkan. Sesungguhnya terlalu banyak yang telah Engkau berikan kepadaku... dan terlalu sedikit pengabdianku terhadapMu.

Engkau tetap menerima walau terkadang aku alpa, aku lupa, aku tersilap dan khilaf menafsir makna setiap kurniaan dan dugaan. Namun begitu besar kasihMu...Engkau tetap melindungi aku walaupun terkadang aku kalut merungut ketika saat-saat lemahku datang. Aku tidak pernah menafikan hakMu sebagai Khaliq walaupun terkadang aku terbuai dengan kesedihan dan kesakitan yang amat pedih.

Ampunkan aku Ya Allah pabila aku merintih nasibku di hadapanMu. Kalau bukan kepadaMu, kepada siapa lagi harus ku mengadu? Aku tidak pernah menyesali kewujudanku ini Ya Allah...namun aku hanyalah hambaMu yg dhaif dan lemah. Adakalanya aku kurang kesabaran. Ada masanya aku goyah keimanan. Ada masanya aku hampir terikut bisikan syaitan. Namun dengan limpahan kasih sayangMu, Engkau menarikku kembali jauh daripada kesesatan.

Ya Allah...Kurniakanlah aku ketenangan, kekusyukan beribadah, segala kesederhanaan dan kerendahan hati tanpa berhenti menghulur kasih pada insan-insan disekelilingku.

Ya Muhaimin... pimpinlah tangan hambaMu ini... pimpinlah hati hambaMu ini... pimpinlah langkah hambaMu ini agar senantiasa berpijak di atas jalan kebenaran. Ya Al Quddus... sebagai hambaMu yang hina dina, aku takkan mungkin mencapai sempurna, tapi kasihanilah aku... bimbinglah aku agar aku senantiasa mampu meniti titian siratulmustakimMu dengan tenang dan mudah tanpa cela.

Terima kasih Ya Allah atas segala takdir yang telah Engkau tentukan untukku. Engkaulah Ya Maha Besar... peliharalah aku agar terus berpegang teguh pada taliMu.
Terimalah permohonan hambaMu yang sedang bermusafir di bumiMu ini Ya Al Mudzill.

Amin Ya Rabbul Alamin.


Baca Selengkapnya ....

Siksa yang Tertangguhkan

Posted by Unknown Senin, 26 Agustus 2013 1 komentar
Sering orang berkata, katanya Allah berkuasa dan tak suka pada perbuatan-perbuatan yang kufur atau durhaka. Lalu, mengapa nyatanya orang-orang yang kelihatannya bergelimang dosa tetap saja ada bahkan seperti hidupnya lebih sejahtera, rezekinya mudah, serta hidup mewah? Sementara kita yang taat beribadah dan setiap waktu berdoa kepada Allah begini-begini saja, apa adanya, bahkan kadang hidup seperti banyak susah.

Di sinilah sebenarnya ujian dan kekuatan rahasia Allah. Kita yang beribadah dan taat kepada Allah diberi porsi rezeki dan kesempatan yang terbatas tentu tak lepas dari rencana Allah yang akan memberi kebahagiaan kelak.

Mendidik bersikap tawakal dan bersyukur, memandang harapan dalam janji-janji Allah yang diimani benar adanya, mengerti akan ibrah  sejarah masa lalu, serta tetap dekat dan ditemani Allah sepanjang arung kehidupan yang dilaluinya. 

Sebaliknya mereka yang berbuat buruk, mengingkari ayat-ayat Allah, serta terjebak di pusaran kesibukan duniawi yang mempesona, sebenarnya hanya akan menikmati sementara saja karena di depan mereka ada jurang yang sangat dalam dan mengerikan. Siksaan yang tertangguhkan.

Allah SWT  menunjukkan ayat-ayat-Nya sebagaimana diingatkan dalam  QS Al Isra 59:


 “Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan tanda-tanda  (kekuasaan Kami), melainkan karena itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada kaum Tsamud unta betina yang dapat dilihat (sebagai mu’jizat) tetapi mereka berlaku zalim (kepada unta itu). Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu kecuali agar mereka takut”.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan bahwa Sunaid dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum musyrik pernah berkata, ”Wahai Muhammad, kamu mengaku bahwa sebelum kamu, Allah juga mengutus para nabi yang lain. Di antara nabi itu ada yang dikaruniai mu’jizat dengan ditundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik menurut perintahnya kemana saja yang dikehendakinya. Di antara mereka juga ada yang diberi mu’jizat untuk menghidupkan orang yang telah mati. Oleh karena itu, jika kamu menginginkan kami beriman  dan mempercayaimu, berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami dengan mengubah seluruh bukit Shafa ini menjadi bukit emas”.

Imam Ahmad meriwayatkan, Ibnu Abbas ra menuturkan kaum kafir meminta kepada Nabi Muhammad untuk memperlihatkan mukjizat dengan mengubah bukit Shafa menjadi bukit emas dan menundukkan pegunungan menjadi tempat yang amat baik untuk bercocok tanam.

Lalu dikatakan kepada Nabi Muhammad, “ Jika kamu mau, Kami akan menangguhkan kepada mereka, dan jika kamu mau Kami dapat mengabulkan permintaan mereka, tetapi jika mereka masih kafir, niscaya mereka akan binasa sebagaimana binasanya umat terdahulu”.

Nabi menjawab, “Tidak, tapi tangguhkanlah mereka”. Kemudian Allah menurunkan ayat di atas. An Nasa’i meriwayatkan kisah ini dari jalan hadits Jarir.

Demikianlah Rosulullah SAW khawatir jika do’a dikabul dan bukit Shafa menjadi emas, mereka tetap saja kafir, karena “emas” sering membawa kerakusan, lupa diri, bahkan menjadi lebih durhaka lagi. Rosul memilih opsi penangguhan. 

Penangguhan adalah kesempatan  agar ada waktu untuk menda’wahi kiranya mereka dapat beriman dan bertobat. Jika ternyata tidak, maka siksa yang tertangguh akan datang menurut kehendak Allah. Dan tentunya siksa akherat sudahlah pasti.

Kita saat ini suka membandingkan kehidupan kita sendiri yang “berat” melaksanakan  sholat, shaum, atau ibadah lain  dengan orang atau komunitas lain yang “ringan” menunaikan kewajiban. Mengapa  mereka yang minim ibadah bahkan nampaknya tak beriman dan durhaka itu nampak begitu mudah untuk hidup jauh lebih sejahtera. Bisnis sukses, berkuasa, kendaraan dan rumah-rumah yang mewah. Gampang rezekinya.

Perbadingan yang dibarengi rasa iri, apalagi berprasangka buruk terhadap keadilan Allah sesungguhnya tidaklah patut, sebab semua itu berlaku hukum penangguhan. Allah akan memarahi dan mengadzab pada waktunya. Tidak ada perbuatan buruk yang tak tercatat, seluruhnya terdata dan akan dibukakan. Lalu catatan itu membuat penyesalan yang sangat mendalam. Tak ada waktu untuk perbaikan. Siksa yang tertangguhkan pasti pada saatnya akan diterimanya.

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan). Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa” (QS. Al-An’aam 44).

Nah, di akhirat nanti yang banyak melakukan dosa serta melupakan urusan Allah selama di dunia, siksa penangguhan akan didapat.  Diawali dengan mendapatkan catatan amal yang diterima dengan tangan kiri dan dari belakang.

“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata “alangkah baiknya jika kitab tidak diberikan padaku, sehingga aku tak tahu bagaimana hisabku, wahai kiranya (kematian) itu yang menyudahi segala sesuatu, hartaku sama sekali tak berguna bagiku, kekuasaanku telah hilang dariku” (QS AL Haqqah 25-29).
“Dan adapun orang yang yang catatannya diberikan dari arah belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku !”. (QS. Al-Insyiqaq 10-11). (Oleh. HM Rizal Fadillah)



Baca Selengkapnya ....

Orang yang Merugi di Bulan Ramadhan

Posted by Unknown Rabu, 24 Juli 2013 0 komentar
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, ketika Rasulullah SAW akan menaiki mimbar untuk khutbah Jum’at, pada anak tangga pertama beliau mengucapkan amin, ketika naik pada anak tangga kedua beliau juga mengucapkan amin, begitu juga pada anak tangga ketiga beliau mengucapkan amin.

Setelah selesai shalat, para sahabat kemudian bertanya, ''Wahai Rasulullah, mengapa engkau mengucapkan amin pada anak tangga pertama sampai ketiga tadi?”

Rasulullah SAW menjawab, “Pada anak tangga pertama aku mengucapkan amin, karena malaikat Jibril membisikkan kepada ku, celakalah dan merugilah orang yang ketika disebut namamu wahai Muhammad, dia tidak bershalawat kepadamu , kemudian pada anak tangga kedua, aku mengucapkan amin, karena malaikat Jibril membisikkan kepadaku, celakalah dan merugilah orang yang tinggal bersama kedua orang tuanya tapi tidak membuatnya masuk surga, dan pada anak tangga ketiga aku mengucapkan amin, karena malaikat Jibril membisikkan kepadaku, celakalah dan merugilah orang yang melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan, tapi Allah tidak mengampuni dosa-dosanya.”
         
Dari hadis di atas dapat kita lihat ada tiga golongan manusia yang celaka dan merugi, yaitu, pertama orang yang apabila disebut nama Nabi Muhammad SAW, tidak membaca shalawat.

Seyogianya umat Islam selalu mencintai Rasulullah SAW yang menjadi panutan hidup, dan setiap kali disebut nama beliau, maka sebagai bentuk rasa cinta dan ta’dzim, kita bershalawat kepadanya “Allahumma shalli wa sallim alaih”.

Kedua, orang yang tinggal bersama orang tuanya tapi tidak membuatnya masuk surga. Kewajiban seorang anak adalah ta’at dan patuh kepada kedua orang tua, menyayangi, menghargai dan merawatnya ketika sudah tua.

Berapa banyak orang yang tinggal bersama orang tua, tapi orang tua mereka tidak dirawat, tidak diperhatikan, bahkan  ada yang dimasukkan ke panti jompo. Sang anak keberatan tinggal dengan orang tuanya yang sudah tua renta. Mereka dianggap menyusahkan, membuat repot, menyita banyak waktu dan alasan-alasan lainnya.

Orang seperti ini, akan sangat merugi. Seharusnya dengan merawat orang tuanya yang sudah tua dan menyayangi mereka, akan membawa sang anak masuk surga. Malah sebaliknya, dia tidak masuk surga karena menelantarkan kedua orang tuanya. Naudzubillah.

Ketiga, adalah golongan orang yang melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan tapi Allah SWT tidak mengampuni dosa-dosanya.

Sebagai manusia biasa, tentu kita banyak melakukan perbuatan dosa. Mata kita pernah berbuat dosa, telinga kita pernah berbuat dosa, hidung kita pernah berbuat dosa, mulut kita pernah berbuat dosa, tangan kita pernah berbuat dosa, kaki kita pernah berbuat dosa dan seterusnya.

Pada bulan suci Ramadhan ini, kita mendapatkan kesempatan untuk bertaubat kepada Allah SWT, meminta ampun kepadaNya agar dosa-dosa kita diampuni dan taubat kita diterima.

Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Mari kita laksanakan seluruh ibadah di bulan suci ini dengan sebaik-baiknya, melaksanakan shaum dengan sebaik-baiknya, shalat taraweh dengan seikhlas-ikhlas nya, membayar zakat dan lain sebagainya.

Semoga Ramadhan tahun ini, kita bisa lebih baik. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita sebagai hambaNya yang shaleh, yang akan keluar sebagai pemenang. Amin ya rabbal alamin. Wallahu 'alam bish shawab. (Oleh. Ahmad Dzikir, MA)

Baca Selengkapnya ....

Kasih Sayang Tulus Seorang Bunda

Posted by Unknown Jumat, 14 Juni 2013 0 komentar
Saat melahirkan sang bayi, ibu bahkan harus mempertaruhkan nyawanya. Tidak sedikit ibu yang meninggal saat melahirkan. Kemudian dimulailah masa-masa radikal dalam kehidupan anak. Saat anak hanya mampu berkomunikasi dengan tangisan, ocehan-ocehan yang mungkin hanya ibu yang memahaminya, gerakan tangan, tendangan kaki, dan genggaman jari. Begitu lambatnya pertumbuhan kita namun begitu sabarnya ibu mengurus kita. Makan melalui mulut, berbicara, berjalan, semuanya harus dipelajari. Bukankah ibu yang mempunyai peran terbesar dalam tahapan itu?

Kita tumbuh menjadi anak-anak yang lincah dan cenderung nakal. Aktif dan selalu ingin bermain. Ibu dengan sabarnya menemani kita kendati harus letih mengejar kita, melompat, dan memanjat bersama kita. Ia dampingi tahapan-tahapan penting dalam pertumbuhan kita dengan senyum dan harapan indah akan masa depan cerah kita. Ibu tanamkan aqidah dan akhlaq. Apa yang saat dewasa kita anggap benar, layak dan sesuai norma, bukankan kebanyakan merupakan apa yang ibu tanamkan ketika kecil?
Ketika kita sakit ibu adalah orang yang paling panik. Ketika kita nakal ibu adalah orang yang paling sedih. Ketika kita berhasil ibu adalah orang yang paling bahagia. Yakinilah itu!
Saat kita beranjak remaja, masa yang penuh dengan kelabilan dan gejolak itu menjadi aman dengan ibu di sisi kita. Ibu mampu menjadi teman cerita yang begitu setia. Ibu bisa menjadi solusi dari persolan rumit akibat keegoan dunia remaja kita.
Seorang ibu tidak akan pernah menuntut balas semua pemberiannya kepada anak-anaknya. Hanya saja, apakah kemudian anak-anak juga tidak menyadari peranan ibu tersebut?
Setelah dewasa anak-anak mulai sibuk dengan dirinya sendiri. Berjuang sekuat tenaga untuk mengembangkan karir dan mengukir kesuksesan. Sementara itu, ada ibu yang beranjak tua dan mulai lemah.
Wahai kita, para anak. Layakkah jika kemudian ibu kita tempatkan di panti ? Menghabiskan sisa-sisa kehidupannya dan menanti mautnya dalam kesendirian? Membiarkan mimpi-mimpi untuk melihat anaknya berhasil, menyaksikan dan membersamainya, pupus dan harus terkikis habis di panti jompo lantaran anak-anak sibuk dan tidak sempat mengurusnya. Setelah begitu panjang dan beratnya perjuangan ibu mengurus kita saat kecil dulu?
Padahal, diriwayatkan seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya bertanya tentang orang yang paling layak ditemani. Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”
“Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” tanya lelaki itu. “Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” Rasul menjawab, “Kemudian ayahmu.”
Sungguh... Ibu pun butuh cinta dari kita, anak-anaknya. Wallahu A’lam bish shawwaab.

Baca Selengkapnya ....

Kisah Malaikat, Orang Lepra, Botak, dan Buta

Posted by Unknown 0 komentar
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Kali ini mari saya angkat kisah yang cukup menginspirasi dari hadits Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah ra bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu: penderita lepra, orang berkepala botak, dan orang buta. 

Allah mengirim malaikat untuk menguji tiga orang yang cacat tersebut.  Pertama Malaikat  datang  pada penderita lepra.

”Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Tanya Malaikat.

Si lepra menjawab, “Rupa yang elok, kulit yang indah, dan apa yang telah menjijikkan orang-orang ini hilang dari tubuhku.”

Malaikat mengusap penderita lepra  dan hilanglah penyakit yang dideritanya.

Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?' Ia menjawab, 'Unta atau sapi.” Maka diberilah ia seekor unta yang bunting.

Malaikat kemudian mendatangi orang berkepala botak dan bertanya kepadanya, “Apakah yang paling kamu inginkan?”

Si botak menjawab, “Rambut yang indah dan hilang dari kepalaku apa yang telah menjijikkan orang-orang.“ Maka diusaplah kepalanya, dan ketika itu hilanglah penyakitnya serta diberilah ia rambut yang indah.

Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, “Kekayaan apa yang paling kamu senangi?”

“Sapi atau unta,“ jawab si botak. Maka diberilah ia seekor sapi bunting.

Malaikat kemudian mendatangi si buta dan bertanya kepadanya, “Apakah yang paling kamu inginkan?”

Si buta menjawab, “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang.” Maka diusaplah wajahnya, dan ketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya.

Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, “Lalu, kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Jawabnya, “Kambing.” Maka diberilah seekor kambing bunting.

Waktu telah berlalu. Ketiga orang itu telah maju. Ternak mereka telah berkembang biak.  Hingga datanglah Malaikat itu menyerupai penderita lepra.

“Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku, sehingga aku tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang elok, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku meminta kepada anda seekor unta saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” 

Namun jawaban si lepra begitu mengejutkan, “Hak-hakku (tanggunganku) banyak.”

Malaikat yang menyerupai orang penderita lepra itu pun berkata kepadanya, “Sepertinya aku mengenal Anda. Bukankah Anda ini yang dulu menderita lepra, orang-orang jijik kepada Anda, lagi pula anda orang melarat, lalu Allah memberi Anda kekayaan?”

Dia malah menjawab, “Sungguh, harta kekayaan ini hanyalah aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat.” Maka Malaikat itu berkata kepadanya, 'Jika Anda berkata dusta, niscaya Allah mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.”

Malaikat kemudian mendatangi orang yang sebelumnya botak dan berkata sebagaimana ia katakan pada orang yang pernah menderita lepra. Namun ia ditolaknya sebagaimana telah ditolak oleh orang pertama itu. Maka si malaikat berdoa dengan doa yang sama sebagaimana orang pertama.

Terakhir, si Malaikat mendatangi orang yang sebelumnya pernah buta. “Aku seorang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak akan dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.”

Orang itu menjawab, “Sungguh, aku dahulu buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka, ambillah apa yang Anda sukai dan tinggalkan apa yang Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.”

Malaikat yang menyerupai orang buta itupun berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanyalah diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda."

Kisah orang-orang kufur ini diambil dari Hadistyang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab “Ahaditsil Anbiya”, bab hadis tentang orang berpenyakit lepra, orang buta dan orang botak di Bani Israil (6/500 no. 3464). Bukhari menyebutkannya secara ringkas sebagai penguat dalam Kitab “Iman wan Nudzur”, (11/540), no. 6653.

Dari kisah di atas tersebut, pernahkah kita mengalami hal mirip dengan kejadian di atas?. Pernahkah kita merenung sejenak apakah mereka yang meminta pertolongan kita itu benar-benar manusia ataukah malaikat yang sedang menguji kita, ataukah orang-orang yang menolong kita itu benar-benar manusia ataukah malaikat-malaikat yang dikirim oleh Allah untuk menolong kita.

Coba kita ingat-ingat sejenak mereka yang menolong kita, apa benar mereka itu tetangga kita, saudara kita, teman sejawat yang kita kenal, para pejabat yang ditugaskan, pedagang yang sedang lewat, nenek yang berwajah ramah ataukah mereka jelmaan dari para malaikat-malaikat Allah?

Begitu pula orang-orang yang pernah kita tolong, benarkah mereka itu manusia?. Wallahu ‘alam, kita tidak pernah mengetahuinya secara pasti. Tapi jika kita simak Surat Al Anfaal, 8 : 9. "(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-NYA bagimu : “sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Allah SWT akan menolong kita dengan mengirimkan pertolongan 1.000 malaikat yang akan datang kepada kita. dan kita pun mengetahui bahwa malaikat dapat berubah bentuk menjadi entah siapa, juga dalam bentuk entah apa. Namun hati-hati sahabat, ingatkah juga kita kepada orang-orang yang kita pernah menolak memberikan pertolongan kepadanya?

Benarkah mereka hanya pengemis biasa, anak-anak yatim dhuafa, tetangga yang sedang berkesusahan, atau boleh jadi mereka adalah jelmaan malaikat yang sedang Allah utus untuk menguji kita semua.
Wallahu A’lam bish shawwaab.

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi Allah SWT adalah yang mengamalkannya.(Oleh. Erick Yusuf)


Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of ALI SHOLIHIN'S BLOG.