INDAHNYA SURGA

Posted by Unknown Sabtu, 25 Desember 2010 0 komentar
Membaca buku Agar Hati Selembut Salju karya Syaikhul Islam Ibnu Qudamah benar-benar membuatku jadi pribadi malu. Ya, malu kalau saya tidak bisa masuk surga. Begitu indahnya surga. Aku sangat rindu dan segera ingin segera masuk surga.
Pada bagian 11, buku ini mendeskripsikan keindahan surga. Di surga, kita akan melihat Allah. Ini dapat dibaca dalam QS. Al Hajj:47. Allah akan turun ke surga selama 7.000 tahun sekali. Namun, Anda tidak perlu risau. Sehari di sisi tuhanmu sama dengan seribu tahun menurut perhitunganmu. Jadi, Allah akan turun ke surga dalam 7 hari atau sepekan hitungan manusia.
Allah akan membentangkan hijab cahaya. Lalu, Dia akan mengutus Jibril untuk menemui penduduk surga dan memberitahukannya agar penduduk surga datang mengunjungi Allah.
Seorang berangkat dalam sebuah rombongan besar dengan dikelilingi malaikat dan gema takbir serta disinari cahaya dari arah depan. Lalu, penduduk surga bertanya, “Siapakah orang yang telah diizinkan Allah untuk mengunjungi-Nya?”


Para malaikat itu pun menjawab, “Ini adalah orang yang diciptakan dengan tangan-Nya, yang menjadi tempat-Nya meniupkan roh-Nya, yang diajari-Nya nama-nama makhluk-Nya, dan yang menjadi objek sujud malaikat-Nya. Ini adalah Adam as. Dia telah diizinkan mengunjungi Allah.”
Selanjutnya, seorang lagi berangkat bersama rombongan malaikat dengan dikelilingi gema tasbih malaikat dan cahaya. Penduduk surga pun bertanya, “Siapakan orang ini yang telah diizinkan untuk mengunjungi Allah?”
Para malaikat itu pun menjawab, “Ini adalah orang yang dipilih-Nya untuk menerima wahyu-Nya, yang dipercaya-Nya untuk mengemban risalah-Nya, yang diutus dengan kenabian-Nya, dan yang api dijadikan-Nya dingin untuknya. Ini adalah Ibrahim as. kekasih Tuhan semesta alam dan kekasihnya yang tiada duanya.”
Selanjutnya, seorang lagi berangkat bersama rombongan malaikat, Adam, Ibrahim, Musa, dan seluruh rombongan penduduk surga dengan dikelilingi gema tasbih malaikat dan cahaya. Penduduk surga pun bertanya, “Siapakan orang ini yang telah diizinkan untuk mengunjungi Allah?”
Para malaikat itu pun menjawab, “Ini adalah orang yang dipilih-Nya untuk menerima wahyu-Nya, yang dipercaya-Nya untuk mengemban risalah-Nya, yang diutus dengan kenabian-Nya. Dia adalah penutup para nabi dan rasul, pemilik liwa’ul hamd (panji-panii pujian), orang pertama yang keluar dari bumi, pemimpin anak-anak Adam, nabi yang memiliki telaga terluas dan tempat tinggal terbesar, pemberi syafat paling awal dan penerima izin untuk memberi syafat paling dahulu. Ini adalah Ahmad (orang yang terpuji, sebutan akrab malaikat kepada Muhammad). Allah telah mengizinkannya untuk mengunjungi-Nya.”
Para malaikat pun langsung bangkit dan memasang mimbar dari cahaya, ranjang dari cahaya untuk para shidiq, dan kursi cahaya untuk syuhada. Sementara, manusia-manusia yang lain duduk di atas gundukan minyak kesturi. Para malaikat tidak mempunyai bagian sedikit pun dari surga karena ia tidak makan dan minum.
Usai itu, para malaikat duduk melingkar (QS Az Zumar:75). Tiba-tiba, di hadapan penduduk surga yang terendah kedudukannya telah disiapkan 70.000 talam emas warna-warni yang berisi berbagai jenis daging burung. Kelembutan daging burung itu laksana kelembutan keju, baunya bak minyak kesturi, dan manisnya bak madu. Daging itu tidak berbulu dan tidak pula bertulang. Daging itu tidak dimasak dengan api dan diiris dengan pisau. Dan penduduk surga dapat merasakan perbedaan rasa untuk setiap jenisnya. (Bayangkan, 70.000 jenis daging dengan rasa berbeda)
Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berfirman, “Selamat datang, wahai hamba-hamba-Ku, makhluk-Ku, tamu-Ku, dan tetangga-Ku. Berilah mereka makan.”
Tiba-tiba, di hadapan penduduk surga yang terendah kedudukannya berdiri 70.000 anak muda laksana mutiara yang berjajar sambil memegang wadah-wadah perak dan cerek/ teko-teko emas yang berisi minuman. Minuman itu dinginnya seperti es, manisnya laksana madu, dan baunya bak minyak kesturi. Minuman itu dicampur dengan jahe dan kamper serta distempel dengan tinta minyak kesturi. Rasa dari satu teko ke teko yang lain berbeda (Bayangkan, 70.000 teko dengan rasa minuman yang berbeda). Anak-anak muda itu melayani hingga mulutnya selama 40 hari. Penduduk surga tidak merasa pusing dan tidak pula mabuk.
Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada mereka, “Selamat datang, wahai hamba-hamba-Ku, makhluk-Ku, tamu-Ku, dan tetangga-Ku. Makanlah buah-buahan surga!“
Ternyata, pohon surga itu setinggi gunung dan buahnya sebesar tempayan besar. Buah itu mengundang selera, berasa segar, dan berlemak. Buah itu adalah kurma segar yang pernah diberikan Allah kepada Maryam.
Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada mereka, “Selamat datang, wahai hamba-hamba-Ku, makhluk-Ku, tamu-Ku, dan tetangga-Ku. Berikanlah mereka pakaian!”
Tiba-tiba, di hadapan penduduk surga telah tumbuh sebatang pohon emas yang berpelepah perak. Pohon itu menumbuhkan sutra tipis, sutra tebal, dan sutra halus. Lalu, mereka menerima pakaian terlipat yang diseterika dengan cahaya Allah dan dihias dengan wahyu.
Setelah mereka memakainya, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada mereka, “Wahai hamba-hamba-Ku, makhluk-Ku, tamu-Ku, dan tetangga-Ku. Kalian telah makan, minum, menyantap buah-buahan, dan berpakaian. Sekaramg, berikanlah mereka minyak wangi!”
Maka, berhembuslah angin yang bernama mutsirah (perangsang) dan menyebarkan wangi minyak kesturi putih yang sangat wangi. Minyak wangi itu mengenai mereka dari celah-celah pepohonan hingga membasahi pakaian dan surban mereka.
Setelah mereka memakainya, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada mereka, “Wahai hamba-hamba-Ku, makhluk-Ku, tamu-Ku, dan tetangga-Ku. Kalian telah makan, minum, menyantap buah-buahan, dan memakai wangi-wangian. Kini, aku akan memperlihatkan wajah-Ku kepada kalian.!”
Maka, Allah pun menambakkan wajah-Nya di hadapan penduduk surga seraya berucap, “Assalaamu’alaikum, wahai hamba-hamba-Ku. Lihatlah Aku.” Allahu akbar……! Serentak, penduduk surga itu pun berkata, “Maha Suci Engkau. Mahasuci Engkau ya Allah.” Ingin rasanya saya segera berjumpa Tuhan saya. Semoga bermanfaat. Selamat pagi dan selamat berpuasa.
Oleh: Johan Wahyudi
Sumber: http://lomba.kompasiana.com/puasa-dulu-baru-lebaran/2010/08/31/indahnya-surga/


Baca Selengkapnya ....

Siapapun Berhak Mendapatkan Nikmat Allah

Posted by Unknown 0 komentar
Siapapun manusia yang merasa bahwa karenalah seseorang bisa makan, pastilah orang yang sangat sombong di dunia ini. Karena sebenarnyalah hanya Allah yang bisa memberi rejeki maupun menghalangi sampainya rejeki kepada seseorang. Coba kita tengok sebentar kisah Nabi Sulaeman yang saya kutip kembali dari beberapa sumber bacaan :
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”
“Sebesar biji gandum,” jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.
“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
Apabila seseorang menganggap bahwa dirinyalah yang menggaji karyawan, yang memberi makan karyawan, sesungguhnya dia hanyalah perantara dari Allah, jikalau dia berkehendak untuk memecat karyawan itu atau tidak memberi job pada karyawan itu, belum tentu karyawan itu lalu kelaparan dan mati, atau jatuh miskin, karena rejeki itu hanyalah kapunyaan Allah, sehingga sering kita mendengar bahwa seekor binatang terkecil semacam kuman atau sejenisnya semua rejekinya sudah ditanggung oleh Allah.
Manusia tidak bisa menjamin untuk bisa menghidupi memberikan kekayaan atau apapun tanpa seijin Allah, juga tidak bisa membuat miskin seseorang dengan sengaja tidak memberikan job atau menyingkirkannya karena penjamin rejeki itu hanyalah Allah semata. Kasih sayang Allah ini sampai ke taraf “Maha” dimana orang kafirpun dijamin rejekinya sama Allah. kalau lebih dalam lagi, siapa sich orang kafir itu, mengakui keberadaan Allah saja dia tidak mau apalagi bersyukur atas nikmatNya? tapi bisa kita lihat kenapa banyak orang kafir atau malah kebanyakan orang kafir bisa menjadi Milyader? itulah Allah yang Maha Rahman dan Rahiem, Maha Welas Asih, tidak seperti manusia sedikit membenci aja rasanya “owel” ngasih duit, atau boro-boro duit senyum aja kecut kalau melihat orang lain sedikit ada nikmat. Astaghfirullah semoga kita semua tidak menjadi orang yang kata AA Gym SMS (Senang Melihat orang lain Susah-red) dan semoga kita menjadi orang yang percaya bahwa penjamin segala rejeki ataupun Nikmat hanyalah Allah. Dan dengan itu kita tidak menjadi orang yang sombong dan selalu sadar bahwa “Siapapun Berhak mendapatkan Nikmat Allah”, Amien.
Sumber: http://hana.staff.uii.ac.id/2008/11/26/siapapun-berhak-mendapatkan-nikmat-allah/

Baca Selengkapnya ....

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

Posted by Unknown 0 komentar
Setelah sholat Tahajud malam ini, seperti biasanya saya membuka laptop dan lalu saya buka program MP3. Mulailah terdengar Q.S. Ar-Rokhman dari dalam laptop saya. Enak di telinga dan teduh di hati. Alangkah indahnya bila kita sering mendengarkan kalam ilahi, memahami isinya dan melaksanakannya dalam kehidupan. Tentu kita akan termasuk orang yang senantiasa bersyukur. Mensyukuri nikmat Allah yang luar biasa besarnya. Sehingga tak heran bila Beliau yang diatas menegur kita dengan firman-Nya, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Saya renungi perjalanan hidup saya. Saya pandangi foto kedua orang tua saya yang sudah almarhum. Tentu mereka ingin anaknya kelak menjadi orang yang berguna untuk sesamanya. Saling berbagi kebaikan dan mengajarkan kebajikan.


Saya masih ingat, ketika ayah masih hidup. tak pernah sedikitpun beliau marah. Kalaupun beliau marah, marahnya tak terlihat dan biasanya beliau langsung ambil wudhu lalu sholat. Berbeda dengan ibu. Ibu selalu memarahi kami. Apalagi bila kami malas untuk belajar. Tapi, bila kami ujian, ibulah yang selalu berpuasa untuk kami. Menyiapkan sarapan pagi dan segala keperluan kami. Dari mulai kami bangun sampai kami mau tertidur lagi.
Kini keduanya telah dipanggil Allah. Meninggalkan kenangan yang tak akan terlupakan. Saya bersyukur mempunyai kedua orang tua yang menyayangi saya. Memberikan contoh bagaimana mengarungi kehidupan. Kadang bersahabat, dan kadang kurang bersahabat. Itulah hidup harus dihadapi dengan keluhuran budi. Pandai memadukan tata rasa, tata pikir, dan tata tindakan ke dalam tata krama yang berujung kepada akhlak mulia. Tak banyak orang seperti ini, dan tidak mudah untuk dapat seperti itu.
Mensyukuri nikmat Allah harus menjadi bagian dalam hidup kita. Kadang tak sadar kita kurang bersyukur kepada-Nya. Mengeluh dan hanya mengeluh. Tak pernah kita berterima kasih kepada-Nya. Padahal sudah begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Mulai dari nikmat kesehatan, nikmat kekayaan, dan nikmat-nikmat Allah yang lainnya.
Tak terasa adzan subuh sudah berkumandang di masjid. Saling bersahutan antara masjid satu dengan masjid lainnya. Panggilan untuk umat muslim sholat berjamaah. Tapi, mengapa sedikit yang datang ke masjid? Apakah ini tanda kita mensyukuri nikmat Allah??
Oleh: Wijaya Kusumah
Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/01/20/mensyukuri-nikmat-allah/


Baca Selengkapnya ....

MENUJU AMPUNAN ALLAH

Posted by Unknown Senin, 20 Desember 2010 0 komentar
Manusia dalam bahasa arab disebut al insan, al insan sendiri berarti tempatnya lupa dan salah (al insaanu mahallul khata’ wannisyan), jadi wajar kalau yang namanya manusia sering lupa dan melakukan kesalahan. Oleh sebab itu Allah selalu menurunkan para nabi dan rasul, untuk mengingatkan manusia akan ke alpaannya. Sampai Allah mengutus nabi yang terakhir dengan ad-dinul islam, agar manusia bisa kembali kepada kepitrahannya sebagai manusia yang telah berjanji sewaktu di alam rahim, yang mengakui akan keesaan Allah swt.
Selain itu manusia yang sering lupa akan keesaan Allah, bahkan semakin hari semakin meningkat melakukan kesalahan, juga sering lupa untuk kembali kejalan yang benar dan bertaubat, agar diakhir hayatnya husnul khatimah, Allah pun mengingatkan kita melalui firmanNya.


“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”.(QS.Ali Imran:133)
Ayat ini memerintahkan kita untuk bersegera memohon ampunan Allah swt atas kesalahan yang kita lakukan selama ini, dan bergegas memburu balasan surga.
Perintah Allah ini diperkuat dengan sabda Nabi saw, agar kita bersegera untuk mengerjakan amal shaleh dan meningkatkan ke imanan dan ketaqwaan kita, karena perkembangan jaman dapat merubah manusia dari beriman menjadi kafir.
Sabda Nabi saw: “ Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,” bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yakni seseorang yang diwaktu pagi beriman tetapi sorenya telah kafir, atau waktu sore beriman, tetapi paginya telah menjadi kafir. Ia menjual agama dengan sedikit keuntungan dunia”( HR. Muslim).
Hadits ini menjelaskan kewajiban berpegang teguh pada agama dan jangan menunda nunda lagi untuk berbuat baik. Karena semakin hari semakin besar rongrongan dan cobaan yang harus dihadapai oleh seorang muslim. Bahkan adakalanya orang menganggap mengamalkan ajaran agama dianggap orang yang aneh.
Begitu dahsyatnya fitnah akhir zaman, sehinga banyak orang yang menggadaikan agamanya dengan yang makruh, syubhat, bahkan yang lebih parah kepada yang haram, demi keikmatan dunia yang sesaat.
Bersegera mengambil keuntungan dari pintu kehidupan selagi belum ditutup untuk kita. Mari kita perbanyak melakukan amal amal baik selagi masih ada kesempatan. Cepat memasuki pintu taubat selagi masih terbuka bagi kita. Gunakan pintu do’a selagi ijabah Allah masih ada.
Sabda Nabi saw: Dari Abu Hurairah RA, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda;”Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh perkara. Apakah kamu menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat menghancurkan, tua yang dapat melemahan, mati yang dapat menyudahi segalanya, ataukan menunggu datangnya dajjal padahal dia sejelek jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat, padahal kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan (HR. Tarmizi).

Baca Selengkapnya ....

IDUL FITRI DAN KEBANGKITAN ISLAM

Posted by Unknown Jumat, 24 September 2010 0 komentar
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Pada pagi yang berbahagia ini, selesai sudah satu tahap peribadatan kita untuk kemudian memulai tahap peribadatan selanjutnya. Telah kita tunaikan Ibadah puasa dan telah kita bayarkan Zakat Fitrah. Telah kita isi Ramadhan dengan amal kebaikan dan kebajikan kepada Allah maupun terhadap sesama manusia. Maka pada hari ini bukan saja pakaian kita yang baru, tetapi Insya-Allah hati kita pun juga baru. Baru dan cemerlang lantaran pancaran taqwa dan kesucian diri yang telah kita peroleh dari ibadah Ramadhan kita. Dan kiti mulai hari-hari baru di bulan Syawal ini dengan ibadah dan amal shaleh, dengan bermodalkan hati yang fitri dalam rangka mengabdi kepada-Nya untuk meningkatkan martabat kemanusiaan kita. Pada hari yang berbahagia ini kita kumandangkan Takbir , Tahlil dan Tahmid menyeru kebesaran dan kekuasaan Allah, seraya bersyukur karena kita telah kembali kepada Fitrah. Kembali kepada Fitrah berarti kita kembali pada kemanusian kita. Dengan demikian, berarti kita mampu untuk mencapai keseimbangan jasmani dan rohani kita. Pada keadaan yang demikian sebenarnya kita telah melakukan suatu Jihad Akbar, suatu perjuangan besar untuk mencapai kemenangan dan keridhaan Allah SWT. Maka wajarlah senyum dan tawa tersungging dari bibir tiap-tiap Muslim yang menyambut hari kemenangan ini. Sehingga kebahagian tidak hanya terlukis pada wajah-wajah mereka, tetapi terutama kebahagiaan yang memancar dari kalbu yang menang. Kemenangan atas segala jebakan setan dan kemenangan atas segala dorongan nafsu. Sebab pada hakekatnya, Ibadah puasa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ketulusan itu, selain bertujuan untuk mencapai derajat Taqwa, juga untuk mengendalikan diri dari segala rayuan setan dan dorongan hawa nafsu. Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia mengakui nafsu, fungsi dan peranannya. Bahkan memandangnya sebagai sesuatu yang baik yang mengandung unsur keindahan tersendiri. Allah SWT berfirman: Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14) Karena nafsu dipandang sebagai perhiasan yang dihiaskan pada manusia, maka sudah barang tentu diperlukan adanya usaha dan upaya untuk tekun merawat dan memeliharanya agar tetap senantiasa indah dan mempesona, terhindar dari segala bentuk noda dan debu duniawi yang dapat merusak citra keindahannya. Karena pada hakekatnya tak seorang pun yang sudi menyandang hiasan-hiasan yang kotor, ternodo serta menjijikkan yang tak lagi pantas disebut sebagai hiasan atau perhiasan. Dan tidak dapat pula dibenarkan memakai hiasan atau perhiasan secara berlebihan, atau menggunakannya tidak secara wajar atau pantas. Misalnya, apabila seseorang memakai beberapa cincin yang melingkari keseluruh sepuluh jari-jarinya. Jelas cara ini akan menimbulkan tidak saja keheranan orang, tetapi orang tersebut malah disangka kurang waras. Begitulah seperti perumpamaan-perumpamaan tersebut, maka nafsu juga harus diletakkan pada tempatnya yang tepat, sesuai dan selaras dengan keadaannya serta menurut tuntutan dan kebutuhannya. Sebab hidup sekali-kali tidak hanya untuk mengumbar atau menurutkan hawanafsu semata. Hidup menuntut kewajiban-kewajiban dan darma bakti tertentu yang justru untuk mengisi hidup itu sendiri, dan mewarnai kehidupan dengan pola-pola hidup yang indah mempesona. Antara nafsu dan kewajiban harus tetap harmonis, saling tenggang menenggang, dan harus dijaga agar antara keduanya tidak mengalami bentura-benturan. Dan pada saat-saat tertentu malah kewajiban justru harus diutamakan. Maka janganlah sekali-kali mengutamakan nafsu. Sebab apabila sampai terjadi demikian, maka dunia akan gelap, porak-poranda dan kehidupan akan merugi. Mengutamakan nafsu di atas segala-galanya sama dengan merusak hidup dan kehidupan ini. Allah SWT berfirman: Artinya: Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang Telah disesatkan Allah? dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum: 29). Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Dalam kondisi fitrah dan suci seperti sekarang ini, marilah dengan hati yang suci pula kita Renungkan kondisi umat Islam saat ini. Yang mana, kita dapat menyaksikan di mana-mana, baik di dalam maupun di luar negeri keadaan umat Islam masih dalam kondisi terbelakang, dalam kemunduran, kemiskinan, kebodohan, ketergantungan dan ketergeseran dari segala bidang kehidupan ini. Misalnya, konflik Timur Tengah, baik di Palistina maupun di Irak yang sudah sekian lama tidak kunjung usai. Sementara itu di kawasan Balkan, umat Islam Bosnia masih selalu mendapat tekanan-tekanan dari kaum kafir Serbia. Belum selesai maslah-maslah tersebut baru-baru ini umat Islam Irak dan umat Islam Afganistan digempur habis-habisan oleh Negara yang menyebut dirinya Adikuasa, yakni Amerika Serikat. Dan masih banyak lagi umat Islam di Negara-negara lainnya yang hidup dalam penindasan kaum kafir penguasa. Sementara itu, di Indonesia sendiri, umat Islam hanya merupakan kelompok-kelompok pinggiran yang tak mampu berbuat banyak untuk kesejahteraan bersama, dan bahkan dari 37 juta jiwa rakyat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan ternyata adalah umat Islam. Kondisi semacam itu harus kita akui secara jujur, bahwa umat Islam telah lama kehilangan masa keemasannya, masa kejayaannya, dan masa puncak dimana umat Islam memegang peranan kehidupan dalam percaturan dunia ini. Kalau kita mau jujur, sebenarnya umat Islam saat ini bukan saja hanya sekedar mengalami kerusakan, tetapi lebih dari itu adalah sudah lupa diri. Memang umat Islam masih semarak memperingati hari-hari besar Islam, mencetak dan memperbanyak Al-Qur’an, serta membentuk berbagai organisasi. Namun semua itu bukan berarti kita telah memenuhi kewajiban kiata terhadap agama dengan ikhlas. Sebab kita memperingati hari-hari besar Islam dan mencetak Al-Qur’an seakan hanya sekedar formalitas belaka. Sebab dalam kenyataannya kita masih mendurhakainya. Umat Islam saat ini bias diibaratkan sebagai seorang murid yang selalu menciumi tangan gurunya, namun tidak pernah menjalankan nasehat-nasehat gurunya. Dalam kaitannya dengan masalah tersebut, DR. Yusuf Qardawi (Dimana Kerusakan Umat Islam) mengkhawatirkan umat Islam sekarang ini sudah tergolong pada apa yang dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang terpedaya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf: 51 yang berbunyi: Artinya: (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia Telah menipu mereka.(QS. Al-A’Raf: 51) Musibah tragis di atas sudah terbukti dalam kenyataan hidup kita, dimana kebanyakan umat Islam sudah tergila-gila menghiasi tembok masjid dan rumahnya dengan kaligrafi dan pajangan ayat-ayat Al-Qur’an yang begitu indah dan mewah. Tetapi sebaliknya, mereka tidak pernah menghiasi dirinya dan kehidupannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dipajangnya tersebut. Saat ini juga banyak umat Islam yang membacakan Al-Qur’an untuk orang yang sudah mati, tetapi tidak pernah mengajarkan kepada orang yang masih hidup. Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Sebagai seorang Muslim, kita semua tentu yakin, bahwasanya Allah akan senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada orang-orang Muslim. Namun marilah kita buka mata kita, dan kita lihat dengan seksama, apakah Rahmat Allah tersebut saat ini telah dilimpahkan kepada umat Islam atau tidak? Sebab ternyata mayoritas umat Islam saat ini berada dalam cengkraman orang-orang kafir. Padahal seharusnya kepala kita tidak boleh tunduk kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT. Namun nyatanya sekarang kita tunduk kepada orang-orang kafir tersebut. Kehormatan kita yang seharusnya tak boleh dinodai oleh siapa pun juga, namun sekarang berlumur tanah. Tangan kita yang selama ini selalu di atas, sekarang berada di bawah dan menengadah di hadapan orang-orang kafir. Sehingga kebodohan, kemiskinan, dan hutang telah merendahkan derajat umat Islam di mana-mana. Apakah semua itu bisa dikatakan sebagai Rahmat Allah? Tentu tidak, dan bahkan barangkali justeru kemurkaan Allah. Dan apabila semua itu bukan Rahmat Allah, maka alangkah anehnya, bahwa kita sebagai orang-orang Muslim yang seharusnya sarat dengan Rahmat, malah mendapatkan kemurkaan Allah. Oleh karena itu kita semua harus mengakui, bahwa ada sesuatu yang masih salah dalam pengakuan kita sebagai orang Muslim. Sebab Allah telah mengirimkan kitab-Nya kepada kita, sehingga dengan membacanya kita bisa mengenal-Nya dan tahu cara-cara untuk bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang patuh. Apakah kita sudah mencoba untuk mengetahui apa yang terkandung dalam kitab tersebut? Allah juga telah mengutus Rasul-Nya kepada kita untuk mengajari kita cara menjadi seorang Muslim. Apakah kita juga pernah mencoba untuk mengetahui apa yang diajarkan oleh utusan Allah itu? Allah juga telah menunjukkan kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Apakah kita juga sudah mengikuti jalan tersebut? Dan Allah juga dengan jelas telah memberitahukan kepada kita perbuatan-perbuatan bagaimana yang bisa merendahkan derajat manusia di dunia dan di akhirat. Apakah perbuatan-perbuatan tersebut juga sudah kita hindari? Jawaban apa yang dapat kita berikan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut? Jika kita mengakui bahwa kita tidak mengetahui dan tidak mempunyai pengetahuan dari kitab Allah dan dari kehidupan utusan-Nya, serta tidak pula mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh-Nya, maka bagaimana kita bisa disebut sebagai orang-orang Muslim yang patut menerima Rahmat-Nya? Padahal karunia dan pahala yang kita terima adalah sama dan sepadan dengan keimanan dan tingkat ketaqwaan kita. Oleh karenanya, untuk dapat meraih Rahmat Allah, dan mencapai kemajuan dan kesejahteraan kehidupan kita, serta untuk mengembalikan kebangkitan Islam, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali kepada kitab Allah dan Rasul-Nya, serta mentaati petunjuk yang ada di dalamnya. Kemudian menyatukan pemikiran dan persepsi kita dalam satu komitmen: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al-An’am: 162) Kemudian pemikiran ini harus kita realisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mudah-mudahan dengan cara itu, kemulian dan kejayaan Islam akan dapat kita raih kembali. Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Marilah kita mulai hari-hari baru di masa-masa yang akan datang dengan menjaga kesucian dan kefitrahan yang telah kita raih melalui amalan Ramadhan kemarin. Kita jaga kesucian kita dengan tetap dan terus menjadikan shalat kita, aktifitas kita, hidup dan mati kita hanya karena mengharap Ridha Allah SWT. Sebab bagaimanapun, kemegahan dan kemewahan duniawi yang semakin memukau dewasa ini bukanlah menjadi tujuan akhir pencapaian kebahagiaan yang dijanjikan Allah SWT. Namun harus tetap ditempatkan sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan, sehingga memberikan banyak peluang dan kemudahan untuk beribadah kepada Allah dan tugas pengabdian antar sesama, yang akan mengantarkan orang-orang beriman yang mampu mengendalikan nafsunya kepada kebahagiaan hakiki dalam keridhaan Allah SWT, lahir batin, dunia akhirat. Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd. Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah. Demikianlah khatbah yang dapat saya samapaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Dan untuk mengakhiri khatbah ini, marilah kita bersama-sama berdo’a mohon kehadirat Allah SWT seraya sambil mengangkat kedua tangan kita. Wahai Tuhan kami yang memiliki kekuasaan. Engkau beri kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut ia dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah ada segala kebaikan, karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas setiap sesuatu. Ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih. Kami yang hadir di tempat ini menginsafi jalan satu-satunya yang dapat memprtemukan kami kehadirat-Mu adalah melalui Ridha-Mu, kami harus jalankan amal yang seimabang antara penguasaan di dunia dan di akhirat, oleh karena itu ya Allah…berilah Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Mu untuk bekal kami melaksanakan aktifitas dan amalan dalam kehidupan kami. Ya Allah Tuahan yang Maha Suci. Sucikanlah niat kami dalam menunaikan tugas kami dari setiap keinginan yang tercela, sebagaimana Engkau sucikan kain putih dari kotoran. Jauhkanlah kami dari perbuatan dosa, sebagaimana Engkau jauhkan antara barat dengan timur, dan segerakanlah Engkau beri kesadaran, manakala datang godaan untuk kemaksiatan. Ya Allah Tuhan yang Maha Perkasa. Berikanlah kami kekuatan dan petunjuk untuk membuka lembaran kehidupan baru yang lebih segar dalam hidup kami sebagai umat-Mu. Segarkanlah kembali dalam dada kami amanah-Mu, sehingga dapat kami jadikan setiap usaha dan tujuan hidup kami sebagai hanya mengharapkan keridhaan-Mu semata. Ya Allah Tuhan yang Maha Pengampun. Ampunilah semua dosa kami, dosa ibu bapak kami, dosa saudara-saudara kami, dosa para pemimpin dan guru kami. Terimalah amal dan ibadah mereka, karena Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mengetahui. Ya Allah Ya Arkhamarrahimin. Kabulkanlah permohonan dan do’a kami, agar kami semua termasuk dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh/salehah. *Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431.H, Taqobbalallahu minna waminkum. Mohon mafa Lahir dan Batin.

Baca Selengkapnya ....

OBAT PENENANG JIWA

Posted by Unknown Sabtu, 21 Agustus 2010 0 komentar
Segala puji untuk Allah, Yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk dan obat bagi hamba-hamba yang beriman. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Imam orang-orang yang bertakwa, yang telah menguraikan ayat-ayat-Nya kepada segenap umatnya. Amma ba’du.

Saudaraku, sudah menjadi tabiat manusia bahwa mereka menyukai sesuatu yang bisa menyenangkan hati dan menentramkan jiwa mereka. Oleh sebab itu, banyak orang rela mengorbankan waktunya, memeras otaknya, dan menguras tenaganya, atau bahkan kalau perlu mengeluarkan biaya yang tidak kecil jumlahnya demi meraih apa yang disebut sebagai kepuasan dan ketenangan jiwa. Namun, ada sebuah fenomena memprihatinkan yang sulit sekali dilepaskan dari upaya ini. Seringkali kita jumpai manusia memakai cara-cara yang dibenci oleh Allah demi mencapai keinginan mereka.

Ada di antara mereka yang terjebak dalam jerat harta. Ada yang terjebak dalam jerat wanita. Ada yang terjebak dalam hiburan yang tidak halal. Ada pula yang terjebak dalam aksi-aksi brutal atau tindak kriminal. Apabila permasalahan ini kita cermati, ada satu faktor yang bisa ditengarai sebagai sumber utama munculnya itu semua. Hal itu tidak lain adalah karena manusia tidak lagi menemukan ketenangan dan kepuasan jiwa dengan berdzikir dan mengingat Rabb mereka.

Padahal, Allah ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)







Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Dzikir merupakan sebuah kelezatan bagi hati orang-orang yang mengerti.” Demikian juga Malik bin Dinar mengatakan, “Tidaklah orang-orang yang merasakan kelezatan bisa merasakan sebagaimana kelezatan yang diraih dengan mengingat Allah.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 562). Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita adalah; mengapa banyak di antara kita yang tidak bisa merasakan kelezatan berdzikir sebagaimana yang digambarkan oleh para ulama salaf. Sehingga kita lebih menyukai menonton sepakbola daripada ikut pengajian, atau lebih suka menikmati telenovela daripada merenungkan ayat-ayat-Nya, atau lebih suka berkunjung ke lokasi wisata daripada memakmurkan rumah-Nya.

Perhatikanlah ucapan Rabi’ bin Anas berikut ini, mungkin kita akan bisa menemukan jawabannya. Rabi’ bin Anas mengatakan sebuah ungkapan dari sebagian sahabatnya, “Tanda cinta kepada Allah adalah banyak berdzikir/mengingat kepada-Nya, karena sesungguhnya tidaklah kamu mencintai apa saja kecuali kamu pasti akan banyak-banyak menyebutnya.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 559). Ini artinya, semakin lemah rasa cinta kepada Allah dalam diri seseorang, maka semakin sedikit pula ‘kemampuannya’ untuk bisa mengingat Allah ta’ala. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan kondisi batin kita yang begitu memprihatinkan, walaupun kondisi lahiriyahnya tampak baik-baik saja. Aduhai, betapa sedikit orang yang memperhatikannya! Ternyata, inilah yang selama ini hilang dan menipis dalam diri kita; yaitu rasa cinta kepada Allah…

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya. Bahkan, itulah hakekat dari ibadah. Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.” (al-Qaul as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)

Kalau demikian keadaannya, maka solusi untuk bisa menggapai ketenangan jiwa melalui dzikir adalah dengan menumbuhkan dan menguatkan rasa cinta kepada Allah. Dan satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan mengenal Allah melalui keagungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya dan memperhatikan kebesaran ayat-ayat-Nya, yang tertera di dalam al-Qur’an ataupun yang berwujud makhluk ciptaan-Nya. Syaikh Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya rasa cinta kepada sesuatu merupakan cabang dari pengenalan terhadapnya. Maka manusia yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling cinta kepada-Nya. Dan setiap orang yang mengenal Allah pastilah akan mencintai-Nya. Dan tidak ada jalan untuk menggapai ma’rifat ini kecuali melalui pintu ilmu mengenai nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Tidak akan kokoh ma’rifat seorang hamba terhadap Allah kecuali dengan berupaya mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang disebutkan di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah…” (Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid al-Asma’ wa as-Shifat, hal. 16)

Hati seorang hamba akan menjadi hidup, diliputi dengan kenikmatan dan ketentraman apabila hati tersebut adalah hati yang senantiasa mengenal Allah, yang pada akhirnya membuahkan rasa cinta kepada Allah lebih di atas segala-galanya (lihat Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid al-Asma’ wa as-Shifat, hal. 21). Di sisi yang lain, kelezatan di akherat yang diperoleh seorang hamba kelak adalah tatkala melihat wajah-Nya. Sementara hal itu tidak akan bisa diperolehnya kecuali setelah merasakan kelezatan paling agung di dunia, yaitu dengan mengenal Allah dan mencintai-Nya, dan inilah yang dimaksud dengan surga dunia yang akan senantiasa menyejukkan hati hamba-hamba-Nya (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 261)

Banyak orang yang tertipu oleh dunia dengan segala kesenangan yang ditawarkannya sehingga hal itu melupakan mereka dari mengingat Rabb yang menganugerahkan nikmat kepada mereka. Hal itu bermula, tatkala kecintaan kepada dunia telah meresap ke dalam relung-relung hatinya. Tanpa terasa, kecintaan kepada Allah sedikit demi sedikit luntur dan lenyap. Terlebih lagi ‘didukung’ suasana sekitar yang jauh dari siraman petunjuk al-Qur’an, apatah lagi pengenalan terhadap keagungan nama-nama dan sifat-Nya. Maka semakin jauhlah sosok seorang hamba yang lemah itu dari lingkaran hidayah Rabbnya. Sholat terasa hampa, berdzikir tinggal gerakan lidah tanpa makna, dan al-Qur’an pun teronggok berdebu tak tersentuh tangannya. Wahai saudaraku… apakah yang kau cari dalam hidup ini? Kalau engkau mencari kebahagiaan, maka ingatlah bahwa kebahagiaan yang sejati tidak akan pernah didapatkan kecuali bersama-Nya dan dengan senantiasa mengingat-Nya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17). Allah juga berfirman mengenai seruan seorang rasul yang sangat menghendaki kebaikan bagi kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39) (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 260)

Apabila engkau menangis karena ludesnya hartamu, atau karena hilangnya jabatanmu, atau karena orang yang pergi meninggalkanmu, maka sekaranglah saatnya engkau menangisi rusaknya hatimu… Allahul musta’aan wa ‘alaihit tuklaan.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Sumber http://www.muslim.or.id





Baca Selengkapnya ....

Malam Pertama Bersama Bidadari Surgaku

Posted by Unknown Selasa, 04 Mei 2010 0 komentar
Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.

Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.

Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama 'buntelan karung hitam' itu ....?!?" Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut 'buntelan karung hitam'.

"Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.

"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.

"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!"

DEGG !!!!
****

"Yanto.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran Ismail membuyarkan lamunanku. Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.

"Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin seperangkat alat sholat tunai !"

Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.

"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."

****


Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegunlama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.

"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur'an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.

"Nanti saja dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya. Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

"Bang, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ... Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak."
(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."

Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.

"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh... saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.

"Tidak...De'. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi," paparku sambil menggenggam erat tangannya.

****

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do'a kubentangkan pada Nya.

"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"

Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku dengan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya. Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan shoum sunnah Rasul Nya.

"...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah ..."
(QS. al-Baqarah:165)

Dikutip dari: Majalah Ishlah no 37/tahun III 1995

Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of ALI SHOLIHIN'S BLOG.