Kasih Sayang Tulus Seorang Bunda
Jumat, 14 Juni 2013
0
komentar
Saat melahirkan sang bayi, ibu bahkan harus mempertaruhkan nyawanya. Tidak sedikit
ibu yang meninggal saat melahirkan. Kemudian dimulailah masa-masa radikal dalam
kehidupan anak. Saat anak hanya mampu berkomunikasi dengan tangisan,
ocehan-ocehan yang mungkin hanya ibu yang memahaminya, gerakan tangan,
tendangan kaki, dan genggaman jari. Begitu lambatnya pertumbuhan kita namun
begitu sabarnya ibu mengurus kita. Makan melalui mulut, berbicara, berjalan,
semuanya harus dipelajari. Bukankah ibu yang mempunyai peran terbesar dalam
tahapan itu?
Kita tumbuh menjadi anak-anak yang lincah dan cenderung nakal. Aktif dan selalu ingin bermain. Ibu dengan sabarnya menemani kita kendati harus letih mengejar kita, melompat, dan memanjat bersama kita. Ia dampingi tahapan-tahapan penting dalam pertumbuhan kita dengan senyum dan harapan indah akan masa depan cerah kita. Ibu tanamkan aqidah dan akhlaq. Apa yang saat dewasa kita anggap benar, layak dan sesuai norma, bukankan kebanyakan merupakan apa yang ibu tanamkan ketika kecil?
Kita tumbuh menjadi anak-anak yang lincah dan cenderung nakal. Aktif dan selalu ingin bermain. Ibu dengan sabarnya menemani kita kendati harus letih mengejar kita, melompat, dan memanjat bersama kita. Ia dampingi tahapan-tahapan penting dalam pertumbuhan kita dengan senyum dan harapan indah akan masa depan cerah kita. Ibu tanamkan aqidah dan akhlaq. Apa yang saat dewasa kita anggap benar, layak dan sesuai norma, bukankan kebanyakan merupakan apa yang ibu tanamkan ketika kecil?
Ketika kita
sakit ibu adalah orang yang paling panik. Ketika kita nakal ibu adalah orang
yang paling sedih. Ketika kita berhasil ibu adalah orang yang paling bahagia.
Yakinilah itu!
Saat kita
beranjak remaja, masa yang penuh dengan kelabilan dan gejolak itu menjadi aman
dengan ibu di sisi kita. Ibu mampu menjadi teman cerita yang begitu setia. Ibu
bisa menjadi solusi dari persolan rumit akibat keegoan dunia remaja kita.
Seorang ibu
tidak akan pernah menuntut balas semua pemberiannya kepada anak-anaknya. Hanya
saja, apakah kemudian anak-anak juga tidak menyadari peranan ibu tersebut?
Setelah
dewasa anak-anak mulai sibuk dengan dirinya sendiri. Berjuang sekuat tenaga
untuk mengembangkan karir dan mengukir kesuksesan. Sementara itu, ada ibu yang
beranjak tua dan mulai lemah.
Wahai kita,
para anak. Layakkah jika kemudian ibu kita tempatkan di panti ? Menghabiskan
sisa-sisa kehidupannya dan menanti mautnya dalam kesendirian? Membiarkan
mimpi-mimpi untuk melihat anaknya berhasil, menyaksikan dan membersamainya,
pupus dan harus terkikis habis di panti jompo lantaran anak-anak sibuk dan
tidak sempat mengurusnya. Setelah begitu panjang dan beratnya perjuangan ibu
mengurus kita saat kecil dulu?
Padahal, diriwayatkan seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya bertanya tentang orang yang paling layak ditemani. Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”
“Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” tanya lelaki itu. “Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” Rasul menjawab, “Kemudian ayahmu.”
Padahal, diriwayatkan seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya bertanya tentang orang yang paling layak ditemani. Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”
“Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” tanya lelaki itu. “Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” Rasul menjawab, “Kemudian ayahmu.”
Sungguh...
Ibu pun butuh cinta dari kita, anak-anaknya. Wallahu
A’lam bish shawwaab.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kasih Sayang Tulus Seorang Bunda
Diposkan oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://alisholihin.blogspot.com/2013/06/kasih-sayang-tulus-seorang-bunda.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Diposkan oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar