Menangani Kecemasan Hidup
Jumat, 25 April 2014
0
komentar
“MENDUNG
esok pagi jangan sampai menutupi indahnya mentari hari ini.” Demikian kata-kata
indah motivasi yang bermakna perlunya menikmati dan mensyukuri setiap anugerah
serta tidak perlunya mencemaskan apa yang belum terjadi pada masa yang akan
datang.
Masa yang akan datang merupakan misteri yang hanya diketahui oleh Allah, sementara apa yang terjadi adalah takdir yang harus dijalani. Kecemasan akan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang merupakan penyakit jiwa yang bisa berujung pada depresi, stress dan gila. Hati yang senantiasa cemas sangat disenangi syetan untuk ditempati sebagai markas penyusunan niat dan strategi kehidupan yang menyimpang dari kelumrahan tata dan pranata sosial.
Karena itulah agama menekankan urgensi keyakinan, baik sangka, kepatuhan dan kepasrahan pada Allah. Mereka yang memiliki keutuhan iman dan kesempurnaan keberagamaan akan terhindar dari kecemasan yang merusak.
Berbagai media menunjukkan betapa kehidupan saat ini penuh dengan kecemasan. Yang paling marak beritanya minggu-minggu ini adalah kecemasan hidup berujung stress dialami oleh para calon legislatif yang gagal mendapatkan kursi (wakil rakyat), mulai dari stress tingkat pendahuluan menuju gila, seperti siang malam keliling terus berbicara tentang kampanye dan jumlah suara, sampai pada stress yang secara resmi disimpulkan gila, seperti ke mana-mana menjinjing kursi sambil tertawa dan menangis.
Kecemasan juga melanda beberapa siswa SMA yang baru selesai ujian nasional. Banyaknya materi ujian yang di luar kurikulum dan tingginya tingkat kesulitan soal yang melampaui soal-soal try out benar-benar telah menghapus impian indah mereka untuk secara mudah memilih perguruan tinggi favorit mereka. Kecemasan rupanya menular pada orang tua siswa, yang begitu khawatir dengan biaya tinggi yang harus dibayarkan seandainya anaknya gagal masuk perguruan tinggi negeri.
Para psikolog memberikan saran bagus untuk menangani kecemasan seperti ini, yakni dengan menamkan keyakinan bahwa 80% hal-hal yang dicemaskan sesungguhnya tidak pernah terjadi, 10% mungkin terjadi tetapi pada orang lain, dan hanya 10% saja yang mungkin terjadi pada diri kita. Mencemaskan hal yang hanya 10% dan melupakan untuk mensyukuri hal yang 80% adalah suatu kekeliruan bahkan kebodohan.
Islam mengajarkan tiga hal utama untuk mengobati kecemasan seperti ini. Pertama adalah keyakinan bahwa hidup ini sesungguhnya diatur sangat indah oleh Allah selama kita senantiasa beribadah secara teratur dan indah. Keyakinan seperti ini disebut dengan husn al-dzann bi Allah (baik sangka kepada Allah).
Sangat banyak ayat dan hadits yang memberikan jaminan keindahan hidup yang berdasarkan pada baik sangka seperti ini, sebanyak data sejarah diselamatkannya dan dibahagiakannya orang-orang yang tertimpa musibah tetapi tetap dalam kekokohan keyakinan.
Para nabi dan rasul Allah tidak pernah sedih, gelisah dan cemas karena mereka memiliki keyakinan kuat atas kasih sayang dan pertolongan Allah. Tidak ada satu pun data sejarah yang menyebutkan bahwa ada utusan Allah yang stress, gila atau bunuh diri.
Semuanya menjalani hidup sampai pada titik akhir dengan baik sangka kepada Allah. Sahabat Jabir bercerita bahwa Rasulullah bersabda tiga hari menjelang kewafatannya: “Jangan sampai salah seorang di antara kamu mati kecuali berbaik sangka kepada Allah.”
Kegagalan saat ini bisa jadi merupakan pintu gerbang kesuksesan masa yang akan datang. Sahabat saya yang tidak diterima test Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini menjadi direktur sebuah perusahaan yang penghasilannya melebihi seorang PNS.
Ada seorang pria yang dulunya kecewa karena gagal mempersunting wanita yang disukainya, saat ini bersyukur karena Allah memberikan ganti yang menurutnya lebih baik; terlebih juga karena ternyata wanita yang disukainya dulu meninggal dunia dua minggu setelah kawin dengan suaminya.
Abraham Lincoln tidak serta-merta menjadi presiden Amerika Serikat melainkan dia harus melalui 32 kegagalan. Nelson Mandela justru dikagumi dan dijadikan presiden serta guru dunia setelah terbukti kesabaran dan kebesaran jiwanya setelah masa dipenjara.
Bukan tidak mungkin bahwa caleg-caleg yang gagal pemilu saat ini adalah pemimpin-pemimpin sukses masa yang akan datang, selama tetap berjiwa besar serta berprilaku positif, sebagaimana juga bukan mustahil bahwa siswa SMA yang nilai UN-nya jelek saat ini akan menjadi orang sukses selama tetap berpegang pada kejujuran dan kebaikan perilaku.
Hal kedua yang mampu mengobati kecemasan adalah doa. Doa merupakan tanda paling nyata berkaitnya hati seorang hamba dengan Tuhannya. Keterkaitan hati seperti ini akan menjadi penyebab turunnya pertolongan Allah yang akan menjadi penghapus kegelisahan dan jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Allah yang menyuruh kita berdoa dan Allah pula yang berjanji mengabulkannya, dengan firmannya QS 40: 60: “Mintalah engkau kepadaku, maka Aku akan mengabulkannya.”
Doa dengan penuh keyakinan dan optimisme terbukti nyata menjadi penyebab datangnya pertolongan. Ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar dikejar dan akan dibunuh oleh Suraqah yang menunggang kuda terbaik, Abu Bakar berkata kepada Nabi Muhammad bahwa Suraqah akan mendapatkannya. Rasulullan berdoa dan memasrahkan kepada Allah, dan kuda Suraqah terpelanting setiap kali Nabi berdoa. Keajaiban selalu ada bagi mereka yang mau berdoa.
Doa adalah ibadahnya para nabi. Nabi Muhammad bersabda: “Doa adalah senjatanya orang mukmin.” Dalam hadits yang lain, beliau menyatakan: “Doa adalah otak ibadah.” Ini menunjukkan bahwa doa memiliki posisi penting dan terhormat. Sayangnya banyak manusia yang tidak memahami hal ini sehingga mengkerdilkan fungsi doa, sebagaimana sering terdengar: “Bantulah saya, minimal dengan doa.”
Hal ketiga yang menjadi obat kecemasan adalah dzikr atau ingat kepada Allah. Ketika hati senantiasa diisi dengan dzikir, maka Allah akan menyingkirkan kekecewaan, kesedihan dan kecemasan darinya, dan menggantikan dengan keyakinan, optimisme dan kebahagiaan. Allah berfirman dalam QS 13: 28: “Selalu berdzikirlah (ingatlah) kepada Allah, maka hatimu akan menjadi tenteram.”
Ada seorang wanita yang saat ini telah bertaubat dan menjadi wanita taat serta shalihah. Ia yang telah bersuami dan punya satu anak, tiba-tiba dihubungi oleh mantan kekasihnya dengan mengirimkan foto-foto pornonya dulu dan mengancam untuk menyampaikan kepada suaminya kalau tidak berkenan untuk selingkuh. Hati wanita ini galau penuh kecemasan. Andai ia tidak memiliki Allah, pasti ia sudah bunuh diri.
Yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa dan berdzikir disertai tetesan air mata. Dengan mantap dia bercerita apa adanya kepada sang suami. Allah yang meluluhkan hati sang suami, mengubah amarah menjadi keharuan, memaklumi istrinya, menerima apa adanya dan mengagumi ketulusan dan kejujurannya. Lebih dari itu, sang suami menantang laki-laki penggoda itu untuk datang untuk kemudian memasrahkannya kepada kepolisian.
Dahsyat sekali kekuatan baik sangka, doa dan dzikr. Bangsa ini sangat perlu untuk secara bersama berdoa dan berdzikir serta saling memotivasi untuk tetap optimis dan bersyukur. Sangat diharapkan bahwa pemimpin yang akan datang adalah orang-orang yang berwajah optimis, tegas dalam prinsip, mau berdoa dan berzikir bersama rakyat, serta jujur dalam janji-janjinya.
Allah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yag dilintasi garis khatulistiwa sangat berkuasa untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang istimewa. (Oleh: Ahmad Imam Mawardi)
Sumber: http://nasional.inilah.com/read/detail/2094816/menangani-kecemasan-hidup#.U1pbA_uqAwo
Masa yang akan datang merupakan misteri yang hanya diketahui oleh Allah, sementara apa yang terjadi adalah takdir yang harus dijalani. Kecemasan akan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang merupakan penyakit jiwa yang bisa berujung pada depresi, stress dan gila. Hati yang senantiasa cemas sangat disenangi syetan untuk ditempati sebagai markas penyusunan niat dan strategi kehidupan yang menyimpang dari kelumrahan tata dan pranata sosial.
Karena itulah agama menekankan urgensi keyakinan, baik sangka, kepatuhan dan kepasrahan pada Allah. Mereka yang memiliki keutuhan iman dan kesempurnaan keberagamaan akan terhindar dari kecemasan yang merusak.
Berbagai media menunjukkan betapa kehidupan saat ini penuh dengan kecemasan. Yang paling marak beritanya minggu-minggu ini adalah kecemasan hidup berujung stress dialami oleh para calon legislatif yang gagal mendapatkan kursi (wakil rakyat), mulai dari stress tingkat pendahuluan menuju gila, seperti siang malam keliling terus berbicara tentang kampanye dan jumlah suara, sampai pada stress yang secara resmi disimpulkan gila, seperti ke mana-mana menjinjing kursi sambil tertawa dan menangis.
Kecemasan juga melanda beberapa siswa SMA yang baru selesai ujian nasional. Banyaknya materi ujian yang di luar kurikulum dan tingginya tingkat kesulitan soal yang melampaui soal-soal try out benar-benar telah menghapus impian indah mereka untuk secara mudah memilih perguruan tinggi favorit mereka. Kecemasan rupanya menular pada orang tua siswa, yang begitu khawatir dengan biaya tinggi yang harus dibayarkan seandainya anaknya gagal masuk perguruan tinggi negeri.
Para psikolog memberikan saran bagus untuk menangani kecemasan seperti ini, yakni dengan menamkan keyakinan bahwa 80% hal-hal yang dicemaskan sesungguhnya tidak pernah terjadi, 10% mungkin terjadi tetapi pada orang lain, dan hanya 10% saja yang mungkin terjadi pada diri kita. Mencemaskan hal yang hanya 10% dan melupakan untuk mensyukuri hal yang 80% adalah suatu kekeliruan bahkan kebodohan.
Islam mengajarkan tiga hal utama untuk mengobati kecemasan seperti ini. Pertama adalah keyakinan bahwa hidup ini sesungguhnya diatur sangat indah oleh Allah selama kita senantiasa beribadah secara teratur dan indah. Keyakinan seperti ini disebut dengan husn al-dzann bi Allah (baik sangka kepada Allah).
Sangat banyak ayat dan hadits yang memberikan jaminan keindahan hidup yang berdasarkan pada baik sangka seperti ini, sebanyak data sejarah diselamatkannya dan dibahagiakannya orang-orang yang tertimpa musibah tetapi tetap dalam kekokohan keyakinan.
Para nabi dan rasul Allah tidak pernah sedih, gelisah dan cemas karena mereka memiliki keyakinan kuat atas kasih sayang dan pertolongan Allah. Tidak ada satu pun data sejarah yang menyebutkan bahwa ada utusan Allah yang stress, gila atau bunuh diri.
Semuanya menjalani hidup sampai pada titik akhir dengan baik sangka kepada Allah. Sahabat Jabir bercerita bahwa Rasulullah bersabda tiga hari menjelang kewafatannya: “Jangan sampai salah seorang di antara kamu mati kecuali berbaik sangka kepada Allah.”
Kegagalan saat ini bisa jadi merupakan pintu gerbang kesuksesan masa yang akan datang. Sahabat saya yang tidak diterima test Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini menjadi direktur sebuah perusahaan yang penghasilannya melebihi seorang PNS.
Ada seorang pria yang dulunya kecewa karena gagal mempersunting wanita yang disukainya, saat ini bersyukur karena Allah memberikan ganti yang menurutnya lebih baik; terlebih juga karena ternyata wanita yang disukainya dulu meninggal dunia dua minggu setelah kawin dengan suaminya.
Abraham Lincoln tidak serta-merta menjadi presiden Amerika Serikat melainkan dia harus melalui 32 kegagalan. Nelson Mandela justru dikagumi dan dijadikan presiden serta guru dunia setelah terbukti kesabaran dan kebesaran jiwanya setelah masa dipenjara.
Bukan tidak mungkin bahwa caleg-caleg yang gagal pemilu saat ini adalah pemimpin-pemimpin sukses masa yang akan datang, selama tetap berjiwa besar serta berprilaku positif, sebagaimana juga bukan mustahil bahwa siswa SMA yang nilai UN-nya jelek saat ini akan menjadi orang sukses selama tetap berpegang pada kejujuran dan kebaikan perilaku.
Hal kedua yang mampu mengobati kecemasan adalah doa. Doa merupakan tanda paling nyata berkaitnya hati seorang hamba dengan Tuhannya. Keterkaitan hati seperti ini akan menjadi penyebab turunnya pertolongan Allah yang akan menjadi penghapus kegelisahan dan jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Allah yang menyuruh kita berdoa dan Allah pula yang berjanji mengabulkannya, dengan firmannya QS 40: 60: “Mintalah engkau kepadaku, maka Aku akan mengabulkannya.”
Doa dengan penuh keyakinan dan optimisme terbukti nyata menjadi penyebab datangnya pertolongan. Ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar dikejar dan akan dibunuh oleh Suraqah yang menunggang kuda terbaik, Abu Bakar berkata kepada Nabi Muhammad bahwa Suraqah akan mendapatkannya. Rasulullan berdoa dan memasrahkan kepada Allah, dan kuda Suraqah terpelanting setiap kali Nabi berdoa. Keajaiban selalu ada bagi mereka yang mau berdoa.
Doa adalah ibadahnya para nabi. Nabi Muhammad bersabda: “Doa adalah senjatanya orang mukmin.” Dalam hadits yang lain, beliau menyatakan: “Doa adalah otak ibadah.” Ini menunjukkan bahwa doa memiliki posisi penting dan terhormat. Sayangnya banyak manusia yang tidak memahami hal ini sehingga mengkerdilkan fungsi doa, sebagaimana sering terdengar: “Bantulah saya, minimal dengan doa.”
Hal ketiga yang menjadi obat kecemasan adalah dzikr atau ingat kepada Allah. Ketika hati senantiasa diisi dengan dzikir, maka Allah akan menyingkirkan kekecewaan, kesedihan dan kecemasan darinya, dan menggantikan dengan keyakinan, optimisme dan kebahagiaan. Allah berfirman dalam QS 13: 28: “Selalu berdzikirlah (ingatlah) kepada Allah, maka hatimu akan menjadi tenteram.”
Ada seorang wanita yang saat ini telah bertaubat dan menjadi wanita taat serta shalihah. Ia yang telah bersuami dan punya satu anak, tiba-tiba dihubungi oleh mantan kekasihnya dengan mengirimkan foto-foto pornonya dulu dan mengancam untuk menyampaikan kepada suaminya kalau tidak berkenan untuk selingkuh. Hati wanita ini galau penuh kecemasan. Andai ia tidak memiliki Allah, pasti ia sudah bunuh diri.
Yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa dan berdzikir disertai tetesan air mata. Dengan mantap dia bercerita apa adanya kepada sang suami. Allah yang meluluhkan hati sang suami, mengubah amarah menjadi keharuan, memaklumi istrinya, menerima apa adanya dan mengagumi ketulusan dan kejujurannya. Lebih dari itu, sang suami menantang laki-laki penggoda itu untuk datang untuk kemudian memasrahkannya kepada kepolisian.
Dahsyat sekali kekuatan baik sangka, doa dan dzikr. Bangsa ini sangat perlu untuk secara bersama berdoa dan berdzikir serta saling memotivasi untuk tetap optimis dan bersyukur. Sangat diharapkan bahwa pemimpin yang akan datang adalah orang-orang yang berwajah optimis, tegas dalam prinsip, mau berdoa dan berzikir bersama rakyat, serta jujur dalam janji-janjinya.
Allah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yag dilintasi garis khatulistiwa sangat berkuasa untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang istimewa. (Oleh: Ahmad Imam Mawardi)
Sumber: http://nasional.inilah.com/read/detail/2094816/menangani-kecemasan-hidup#.U1pbA_uqAwo
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Menangani Kecemasan Hidup
Diposkan oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://alisholihin.blogspot.com/2014/04/menangani-kecemasan-hidup.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Diposkan oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar